Melenceng sedikit nih dari topik Mpasi, kali ini saya mau sharing masalah pemberian ASI bagi bayi baru lahir. Aha, ceritanya ini pengalaman pribadi yang saya alami ketika menangani newborn baby. Seperti kita tahu, bayi baru lahir rentan dengan yang namanya warna kuning, terutama di bagian-bagian tubuh sekitar mulut, mata, hidung dan juga tubuh lainnya. Salah satu cara untuk mencegah warna kuning yang berbahaya, istilahnya meningkatnya kadar bilirubin pada tubuh bayi adalah dengan memberikan ASI sebanyak mungkin pada bayi. Nah, dengan pengetahuan inilah, akhirnya saya memberikan ASI pada adiknya Acyuta sebanyak yang ia mau.
Terkadang ia minum setiap satu jam. Ngeek nangis dikit, langsung minum. Tidurnya gelisah, langsung kasi ASI. Begitulah kira-kira sekitar satu mingguan lebih. Hingga saya mempunyai pendapat bahwa bayi yang satu ini minumnya super sekali, lebih kuat minum dibanding kakaknya.
Akhirnya sekitar minggu kedua, terjadilah sesuatu itu. Tidurnya tidak nyenyak saat malam. Seringkali terbangun, rewel sedikit, mengangkat kaki seolah mau ngeden, badannya menggeliat dan suara-suara sumbang keluar dari mulutnya.
Awalnya saya kira ia kurang nyaman karena menggunakan popok sekali pakai. Popoknya saya lepas, namun dia masih saja gelisah. Esok malamnya terulang lagi, padahal popok sekali pakainya sudah saya ganti pakai clodi, namun ia masih saja ‘terasa’ kurang nyaman alias suka ngangkat kaki dan ngeden.
Kondisinya semakin tambah parah di minggu-minggu seterusnya. Jika di minggu kedua, dia masih bisa tidur, minggu selanjutnya dia semakin susah tidur. Jika sebelumnya hanya gelisah, kemudian menjadi rewel, menangis hingga wajahnya memerah. Saya tentu saja bingung, ini bayi kenapa, sakit perutkah? Apakah karena beberapa hari belakangan saya makan makanan bersantan?
Beberapa minggu seperti itu, akhirnya saya khawatir. Setiap malam, tepatnya mulai jam 2 hingga pagi, dia selalu terbangun, gelisah, rewel, menangis sambil ngeden-ngeden hingga perutnya kencang dan wajahnya merah. Selain itu, dia mengeluarkan gas terus. Namun sekalipun gas sudah keluar, kondisinya tidak membaik.
Akhirnya, si adik ‘menabung’ ke dokter spesialis anak. Singkat cerita, keluarlah diagnosis dokternya. Ternyata, semua ini terjadi karena si adik kebanyakan minum. lambungnya belum kosong saat menyusui, sehingga susu dengan volume berlebih tersebut ‘terpaksa’ mengalir ke usus halus. Usus halus bayi yang belum sempurna belum memadai untuk mengolah makanan sebanyak itu. Salah satu jenis enzim yang berguna untuk mencerna susu (kalau tidak salah laktosa apa itu yang dibilang dokternya) belum mencukupi sehingga susu tidak tercerna secara sempurna.
Kemudian susu-susu itu mengalir ke usus besar. Di usus besar akan difermentasi oleh bakteri yang ada disana dan kemudian lahirlah akar masalahnya, gas yang sangat banyak, yang membuat perut si adik kembung kayak balon.
Biarpun gas sudah keluar lewat kentut, namun volume yang banyak tersebut membuat perut bayi tidak nyaman. Karena itulah, makanya si adik rewel terus.
Kenapa diagnosis ini saya anggap tepat?
Pertama karena dokter langganan Cuta itu adalah konsultas gastrohepatologi atau apalah itu istilahnya, pokoknya ahli masalah per-perut-an. Kedua, si adik kentut-kentut terus. Selain itu, si adik sering muntah atau gumoh, bukan hanya gumoh biasa namun benar-benar muntah hingga keluar lewat hidung. Bahkan belum selesai menyusu, dia sudah muntah. Itu artinya, lambungnya masih penuh. Belum ada tempat kosong untuk menyimpan susu yang ia minum.
Dan juga, yang membuat saya nyengir adalah, beratnya si adik naik dengan drastic. Belum sebulan, kalau tidak salah waktu itu 20 hari, beratnya sudah naik ke angka 5,2 kilo (lahir 3,5). Terbuktilah kalau semua masalah ini karena si adik, eh emaknya rakus ngasih ASI.
Nah, saran dokter untuk masalah ini adalah mulai memberikan ASI secara teratur. Bayi menangis belum tentu karena lapar. Lambung bayi biasanya kosong dalam waktu 1,5 hingga 2 jam. Jadi mulai saat itu, si adik di-diet-in. hanya boleh minum paling cepat 1,5 jam.
Selain itu, dokter juga memberikan resep berupa serbuk yang probiotik untuk meningkatkan fungsi saluran cernanya.
Lalu apakah masalah berhenti begitu saja?
Tidak! Padahal dokter memprediksi, dalam 5 hari kondisinya sudah kembali normal. Ternyata tidak, masalah seperti ini masih berlanjut, namun dengan kondisi yang membaik sedikit demi sedikit secara berangsur-angsur. Kondisinya mulai normal sekitar umur 1,5 bulan, ketika si adik sudah teratur pup sekali sehari dan bahkan dua kali sehari. Hal ini menandakan kondisi pencernaannya sudah semakin sempurna.
Yah, well… begitulah Mom. Mungkin beberapa orang akan mengatakan ini kolik, saya tidak tahu juga. Inilah sedikit sharing tentang pentingnya interval 2 jam dalam pemberian ASI. Semoga berguna ya. kalau tidak sekarang, buat newborn baby selanjutnya.
No comments:
Post a Comment